Yuk Intip Sejarah Peci dari Masa ke Masa

  • Post author:
  • Post category:Umum

 

Bagi kita yang tinggal di Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan peci. Peci sering sekali kita lihat pada para pejabat penting jika sedang mengikuti acara yang bersifat kenegaraan. Namun bukan hanya para pejabat penting saja yang menggunakan peci, bahkan banyak sekali pria yang memeluk agama Muslim turut menggunakan peci. Biasanya peci digunakan untuk bersembahyang di masjid. Karena banyak sekali umat Muslim yang menggunakan peci untuk beribadah, maka sering sekali peci mendapatkan stigma sebagai simbol dari agama Islam. Padahal jika kita menilik Kembali sejarah dari peci, sebenarnya bukan suatu aksesoris yang menyimbolkan agama Islam, lho. Lalu, bagaimana sejarah dari peci tersebut dimulai?

 

Menilik Sejarah Peci

Sejarah dari peci bermula dari Malaysia. Bahkan kata peci sendiri awalnya Bernama songkok. Kata songkok ini diambil dalam Bahasa Melayu. Pada awalnya peci dibawa oleh para saudagar yang datang jauh dari Arab ke Semenanjung Malaysia. Namun jika kita menarik sejarah dari peci lebih awal lagi, peci yang merupakan aksesoris untuk menutup kepala sudah ada di beberapa negara Asia. Namun sejarah peci yang lebih banyak dikenal orang memang berasal dari pedagang Arab yang mampir ke Malaysia dan kemudian menyebar ke beberapa negara di sekitarnya. Pada saat itu memang pedagang Arab ingin menyebarkan ajaran agama Islam dan ingin memperkenalkan budaya mereka pula. Karena itulah pada abad ke 13, sudah banyak pria-pria di daerah Semenanjung Malaysia yang memekai peci. Hal ini sudah menjadi pemandangan umum pada kala itu. Karena di abad yang sama, ajaran Islam sudah mulai masuk dan menyebar secara kuat di daerah tersebut.

 

Sejarah Peci di Daerah Lain

Meskipun lebih populer dengan kata peci, namun kata songkok juga sama terkenalnya di beberapa daerah tertentu. Di Nusantara sendiri ada sebagian wilayah yang menyebut penutup kepala ini sebagai songkok. Jika kita pergi ke daerah Bone yang ada di Sulawesi Selatan, maka Anda akan menemui aksesoris Bernama songkok recca. Songkok ini sangat unik karena bahannya bukan terbuat dari kain pada umumnya. Namun serat pelepah daun lontar adalah bahan yang digunakan untuk membuat songkok recca. Bagi masyarakat Bone, peran songkok recca ini sangat penting bagi kebudayaan mereka. Menurut sejarah Sulawesi Selatan, songkok recca ini digunakan oleh para prajurit Bone yang pergi berperang melawan prajurit Tator. Perang ini terjadi pada tahun 1683.

 

Penutup kepala atau peci bukan hanya ditemukan di Arab ataupun Semenanjung Malaysia saja. Jika kita pergi ke daerah Asia Tengah atau Asia Selatan, maka Anda akan menemukan aksesoris penutup kepala yang mirip dengan peci namun memiliki istilah yang berbeda saja. Misalnya untuk orang Yahudi, mereka mempunyai berbagai istilah seperto kippah, atdu, atau yarmulka. Kippah digunakan oleh orang Yahudi pada saat beribadah. Dalam ajaran Yahudi terdapat hukum yang menyatakan bahwa pria Yahudi memang diwajibkan untuk menggunakan penutup kepala jika sedang melaksanakan ibadah. Penggunaan kippah pada orang Yahui yang awalnya merupakan sebuah kewajiban dalam melaksanakan ibadah pun sudah mempunyai arti tambahan yaitu untuk memberikan identitas bagi pria Yahui dari pria lain.

 

Pemakaian peci memang terasa universal karena bukan hanya pemeluk agama Islam dan Yahudi saja yang menggunakan peci atau songkok sebagai identitas dari agama mereka, namun orang-orang yang tinggal di daerah Asia Selatan juga menggunakan peci. Negara-negara seperti Banglades, Pakistan, dan India juga menggunakan peci dan melestarikan peci sebagai salah satu budaya mereka. Tentunya di negara tersebut banyak yang memeluk agama Hindu. Jadi, pemeluk agama Hindu juga turut menggunakan peci.

 

Kembali lagi ke Indonesia, sejarah peci di negara kita tidak bisa terlepas dari Soekarno. Presiden pertama Indonesia ini adalah tokoh krusial dari penggunaan peci di Indonesia. Hal ini bermula dari Soekarno yang mendatangi rapat di Surabaya pada tahun 1921. Pada rapat Jong Java tersebut, Soekarno menyatakan bahwa pentingnya mempunyai sebuah simbol yang mencerminkan kepribadian orang Indonesia. Pada masa itu, Indonesia masih dijajah Belanda. Pemerintah Belanda mewajibkan siswa yang bersekolah di sekolah kedokteran Stovia untuk menggunakan pakaian yang sesuai dengan daerah asal para siswa sebagai seragam mereka. Pada saat itu cukup banyak tokoh pergerakan yang tidak menggunakan peci atau penutup kepala. Hal ini mereka lakukan sebagai salah satu bentuk perlawanan kepada bangsa penjajah yang ingin membuat Indonesia menjadi terpecah belah.

 

Lalu Presiden Soekarno memutuskan untuk tetap menggunakam peci walaupun pada awalya beliau merasa takut dan malu ditertawakan. Namun tentunya sebagai pemimpin, Presiden Soekarno harus berani membuat keputusan dan memulai suatu pergerakan. Beliau tidak mau menjadi pengikut. Karena itulah beliau mulai menggunakan peci yang biasanya digunakan oleh para pria bangsa Melayu. Menurut Presiden Soekarno, peci merupakan budaya dari Indonesia. Hal inilah yang beliau sampaikan pada rapat Jong Java kala itu. Kemudian pada rapat PNI atau Partai Nasional Indonesia, Bung Karno juga Kembali menegaskan untuk menggunakan sesuatu sebagai lambing dari Indonesia Merdeka yaitu peci. Pernyataan Soekarno pun disetujui oleh para peserta rapat. Peci akhirnya dijadikan sebagai identitas resmi anggota PNI. Awalnya peci disebut sebagai songkok pada kala itu. Namun Presiden Soekarno memperkenalkan istilah baru yaitu peci. Kata ini bersal dari dua kata yaitu pet dan ye. Kedua kata ini berasal dari Bahasa Belanda, pet yang artinya topi dan ye yang artinya kecil. Setelah itu, istilah tersebut lebih akrab disebut sebagai peci Bung Karno.

 

Bukan hanya Bung Karno saja yang mempopulerkan peci, namun ada tokoh lain yang turut membuat peci menjadi lebih populer, lho. Tokoh tersebut adalah dr Cipto Mangunkusumo. Beliau terlihat menggunakan peci saat mengikuti rapat partai SDAP. Rapat ini diadakan di Belanda pada tahun 1913. Dalam rapat tersebut bukan hanya dr Cipto saja yang hadir, namun tokoh penting seperti Suryadi Suryaningrat dan Douwes Dekker juga turut hadir dalam rapat tersebut. Mereka bertiga hadir dalam rapat dan membahas tentang semangat pergerakan nasional di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Dengan meningkatnya kepopuleran Soekarno sebagai presiden pertama di negara kita, maka tingkat kepopuleran peci juga ikut meningkat di Indonesia. Kepopuleran peci sempat bertahan cukup lama yaitu selama puluhan tahun, namun memasuki tahun 2000-an, popularitas peci semakin menurun. Di zaman sekarang, peci hanya digunakan sebagai aksesoris bagi pria yang hendak beribadah dan juga sebagai pelengkap busana pada acara yang bersifat kenegaraan.

 

Di negara kita sendiri buakn hanya istilah peci yang digunakan untuk merujuk pada penutup kepala yang digunakan oleh pria Muslim. Terdapat beberapa istilah lain seperti kopiah dan songkok. Tentunya Anda pernah mendengar kata-kata tersebut, bukan? Meskipun sudah tidak sepopuler dulu, pengrajin peci kopiah songkok masih ada hingga sekarang karena tetap saja ada sebagain masyarakat yang menggunakan aksesoris ini. Meskipun ketiga benda ini sama-sama berfungsi sebagai penutup kepala, namun ternyata fungsi dari peci, kopiah, dan songkok berbeda-beda lho.

 

Untuk sejarah peci sendiri sudah kita ketahui mulai dari zaman penjajahan Belanda dan Bung Karno adalah tokoh penting yang mempopulerkan istilah peci. Peci yang artinya topi kecil ini mempunyai desain dengan bentuk yang bulat. Peci mempunyai motif yang beragam. Untuk warnanya sendiri memang lebih populer peci hitam. Namun sebenarnya peci hadir dalam berbagai warna seperti warna merah, hijau, biru, bahkan terdapat pula warna ungu.

 

Sedangkan untuk kopiah sendiri berasal dari kata kaffiyeh, keffieh, atau kufiya yang mana diambil dari Bahasa Arab. Kopiah yang biasa kita lihat di Indonesia ternyata mempunyai bentuk yang berbeda dari kopiah yang asli. Kaffiyeh yang berasal dari Arab ini justru mempunyai bentuk segi empat. Kopiah terbuat dari kain katun dan mempunyai bentuk seperti jala ikan yaitu kotak-kotak kecil. Sedangkan kopiah yang ada di Indonesia mempunyai bentuk lonjong dan pipih di masing-masing ujungnya. Kopiah yang sering kita lihat di Indonesia pada umumnya berwarna hitam. Bahan untuk kopiah terdiri dari dua jenis. Bagian luar kopiah mempunyai tekstur yang lembut karena bahannya terbuat dari beludur. Sedangkan untuk bagian dalamnya terbuat dari bahan katun.

 

Beralih ke Songkok, seperti halnya pecim songkok pun juga berawal dari wilayah Melayu yang pada saat itu sedang dijajah oleh Inggris, kata songkok sendiri jika diterjemahkan dalam Bahasa Inggris mempunyai arti skull cap. Skull yang artinya batok kelapa dan cap yang artinta topi. Jadi skull cap mempunyai arti topi untuk menutupi batok kelapa. Songkok pada awalnya hanya bisa menutupi daerah ubun-ubun kepala saja karena bentuknya yang hanya setengah lingkaran. Kata skull cap pun mengalami perubahan pada bentuk pengucapannya. Skull cap berubah menjadi song kep dan berubah lagi menjadi songkok seperti yang kita ketahui sekarang. Pada zaman penjajahan Belanda, kata songkok memang masih dikenal oleh masyarakat. Namun karena Bung Karno memperkenalkan kata baru yaitu โ€˜peciโ€™ untuk menggantikan kata โ€˜songkokโ€™, hingga sekarang songkok sudah sangat jarang digunakan. Masyarakat zaman sekarang lebih sering menyebutnya sebagai peci. Namun fungsinya masih sama saja.

 

Apapun penggunaan namanya, peci, kopiah, dan songkok mempunyai arti yang sama yaitu sebagai penutup kepala. Apalagi di Indonesia, aksesoris yang satu ini memang penting bagi para pria Muslim karena digunakan sebagai baju ibadah pula. Jika Anda sedang mencari peci, kopiah, atau songkok tentunya pilihlah penutup kepala ini dengan kualitas yang baik agar bisa awet dipakai. Anda bisa membelinya langsung dari para pengrajin peci, kopiah, dan songkok. Banyak sekali pengrajin yang bisa Anda temukan di Indonesia. Namun pilihlah pengrajin yang mempunyai reputasi yang baik. Dimana pengrajin tersebut memproduksi peci kopiah dan songkok dengan kualitas yang terbaik. Kualitas terbaik di sini mengacu pada bahan yang digunakan, pola jahitan yang awet, dan bentuknya yang tidak mudah berubah. Jika Anda membeli secara grosir kepada pengrajin, maka Anda tentunya akan mendapatkan harga yang lebih terjangkau. Pastikan para pemgrajin mmepunyai kredibilitas yang baik. Jangan sampai Anda bertemu dengan penipu yang nantinya justru akan mendatangkan kerugian bagi Anda. Pilihlah pengrajin yang sudah jelas terpercaya dan bekerja dengan jujur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

.